Minggu, 18 Januari 2009

Fish without Chips

Kembali bersama saya, Sang Penyanyi Delapan *halah*. Perlu diingat, bahwa cantanteoctavo berarti Penyanyi Delapan *gapentingco.nr*. Saya kembali ke blog pertama saya yang tercinta ini (tercinta karena cuma punya satu :p) untuk kembali menceritakan kisah-kisah aneh dan menarik (mungkin) dalam kehidupan saya yang bahagia, makmur sejahtra. Semuanya akan dikupas secara tajam, setajam Silet *disepak produser Silet*

Satu topik yang cukup menyita perhatian saya belakangan ini, yakni memelihara ikan koi. Kenapa harus ikan koi? Well, akan saya ceritakan sejarah keinginan ini yang tidak terlalu panjang. Jaadiiii, tetangga sebelah rumah saia, yang notabene adalah keluarga Om (adik Mama) sedang mengadakan renovasi buuessarr-buuessarrann *lebay*, yakni membangun sebuah kamar untuk kedua sepupu saya yang usianya hanya berselisih satu tahun dari saya (kakaknya= umur saya+1, adiknya= umur saya-1). Malang nian nasib mereka, sebab kedua sepupu terdekat saya itu akan punya kamar di atas garasi rumahnya. Syakakak~ *bigevilgrin*

Ayah saya yang seorang arsitek nan hemat, melihat kesempatan emas yang sebelumnya hanya tertutup puing-puing dan galian tanah rumah sepupu saya itu, yakni adalah RENOVASI di rumahnya sendiri. Semua dikerjakan tanpa menggunakan jasa tukang barang seekorpun! *ditabok*. Semua pekerjaan aseli dari pikiran dan gerakan syaraf-syaraf ayah saia. I'm very-very proud of him. Ternyata, masih ada benda-benda bermanfaat yang bisa dioalh menjadi karya seni cantik untuk rumah anda. *ajiah*

Tangki bekas yang selama ini hanya 'duduk-duduk' di sudut halaman belakang, disulap oleh ayah saya menjadi sebuah kolam ikan cantik berukuran 1x1 meter persegi. Kemudian, dicat biru muda pake cat khusus untuk kolam. Kalo boleh jujur sih, saya pengennya tanahnya diuruk dulu, dirapiin, baru deh dibentuk kolam, tapi karena mama saya... *lirik2 mama* gitu deh. *dibekep mama*. Kolam baru itu diisi air dulu, buat ngilangin racun dari cat-nya.

Sebuah kolam tentunya tak akan lengkap tanpa hadirnya sebuah filter dan pompa airnya. Ada kisah yang ternyata menyempil di sebelum hadirnya pompa dan filter ini. Saya dan papa memikirkan bagaimana caranya di lahan yang lumayan sempit itu bisa ada sebuah AIR MANCUR ENAM TINGKAT? Kenapa harus enam? Lillian Too, seorang master Feng Shui menyarankan membuat enam tingkat untuk air mancur yang dipercaya sebagai perlambang rezeki tak terputus yang datang dari Surga (aww, indahnya). Karena pengen rezeki itu datengg, jadilah kita merasa harus punya itu air mancur enam tingkat.

Dengan sedikit ide, kegilaan, dan hasrat daur ulang, selembar flexi-glass diubah bentuknya menjadi air mancur enam tingkat yang spektakuler. Sangat-bangga-sama-papa. *nangis terharu*. Daan, kembali ke masalah sebelumnya, pompa dan filter. Rezeki emang nggak kemana, bener kata orang. Air mancur belum kepasang, ehh kita nemu toko yang menjual itu semua satu set dengan harga yang cukup miring. Weitss, rezeki ini mah. Pasti ada rezeki2 lain yang bakal muncul dari Surga *sujud*

Kesempurnaan akan datang setelah usaha keras dilakukan, tentu. Kemarin, dilakukan finishing untuk kolam itu dengan nguras-nguras, ngisi air baru, ngedit2 filter, dan sebagainya. Tepat jam 6 sore, sembilan ekor ikan koi dengan warna yang telah saya pilih sendiri telah berenang bebas di dalam kolam itu :)) Semuanya sem-pur-na lah pokoknya.

Itu tadi cerita tentang kolam ikan koi di belakang rumah saia. Fish without Chips >> Kan gak mungkin kita nikmatin ikan koi yang berenang-renang sambil makan potato chips. Ya kan? *ngakak hampa*

Sekian dari saya. Saya Bayu Adiputro undur diri. Selamat sore, sampai jumpa. *a la pembaca berita*

*Cap empat jari*
B.A.Y.U

Tidak ada komentar:

Posting Komentar